Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Jurnalisme Modern dan Layanan Kekanak-kanakan

Era modern membawa perubahan drastis bagi penghuni bumi. Digitalisasi memaksa kita mengupgrade pengetahuan, lalu tergiring dan mengikutinya, terutama mereka yang berdomisili di perkotaan. Tentu saja, era ini mengembalikan kita ke zaman kanak-kanak. Era kemudahan dan tak ingin belepotan dengan berbagai problematik yang menguras tenaga dan pikiran. Lihatlah banyak orang yang berupaya mengisi waktu lowong dengan bermain game, yang sifatnya menarik dan menghibur. Orang-orang kota dimanjakan dengan layanan aplikasi transportasi yang bisa diakses dari rumah, seperti layanan angkutan roda dua dan empat. Tak perlu menelepon taksi dan berjibaku di halte-halte bis. Cukup memesan alat transportasi lewat aplikasi itu, lalu penyedia alat transportasi akan menjemput di pintu rumah dan mengantar ke tempat tujuan. Demikian halnya saat ingin berbelanja. Tak perlu ke mal, cukup buka aplikasi dan memesan barang belanjaan. Meski demikian masih banyak yang melakukan cara lama. Namun, apapun itu...

Benarkah Koran akan Segera "Mati"?

Banyak pernyataan yang menyebut media cetak segera "binasa" dalam waktu dekat, seiring dengan pesatnya digitalisasi media saat ini. Media online yang begitu mudah dibuat dan berkembang dianggap sebagai salah satu "pembunuh" media cetak. Dalam beberapa obrolan ringan dengan beberapa kawan di warung-warung kopi, bahkan di kantor kami di Alharam Grup, tempat kami membangun sebuah koran baru bernuansa dakwah, kerap dengan mantap saya katakan tidak yakin dengan perkiraan banyak orang itu. Keyakinan bahwa media cetak masih punya tempat menjadi pelecut semangat saya atas ajakan dua teman yang sejak awal kukuh untuk tetap menghadirkan sebuah media cetak, paling tidak dengan segmentasi berbeda. Opsi kami sama, belum yakin atas pendapat banyak orang yang dengan buru-buru menyebut usia koran, sebutan media cetak harian, akan segera tenggelam di makan zaman. Pernyataan makin pendeknya usia koran dan media cetak lainnya juga pernah mengemuka di saat radio-radio s...

Iklas sebagai Pebakti

Gambar
IDUL kurban tahun ini, 10 Dzulhijjah 1437 (12 September 2016), saya dan keluarga tidak sempat pulang kampung sebagaimana kami lakukan di tahun-tahun sebelumnya. Saya tak sempat merayakannya dengan orangtua, begitupun mertua. Memang sepertinya ada sesuatu yang hilang, karena kami tidak biasa melakukannya di Makassar di mana kami berdomisili. Meski demikian, saya dan tentu istri hanya sempat mengobrol dengan orangtua masing-masing, bersenda gurau sekaligus meminta maaf lahir bathin. Sebagai orang kampung, ini tentu tidak biasa buat kami. Namun, harus kami jalani karena berbagai halangan yang mendera. Waktu libur sekolah anak yang mepet hingga kesibukan saya dan istri mencari kehidupan di kota. Sedih tentu saja, karena hampir setiap orang perantauan selalu mudik di momen seperti ini, tak terkecuali saya, apalagi kedua orangtua masih hidup. Namun, saya dan istri tak perlu berkecil hati, toh Idul Fitri beberapa bulan lalu kami masih sempat mudik dan berkumpul bersama dengan o...