Jurnalisme Modern dan Layanan Kekanak-kanakan

Era modern membawa perubahan drastis bagi penghuni bumi. Digitalisasi memaksa kita mengupgrade pengetahuan, lalu tergiring dan mengikutinya, terutama mereka yang berdomisili di perkotaan. Tentu saja, era ini mengembalikan kita ke zaman kanak-kanak. Era kemudahan dan tak ingin belepotan dengan berbagai problematik yang menguras tenaga dan pikiran.

Lihatlah banyak orang yang berupaya mengisi waktu lowong dengan bermain game, yang sifatnya menarik dan menghibur. Orang-orang kota dimanjakan dengan layanan aplikasi transportasi yang bisa diakses dari rumah, seperti layanan angkutan roda dua dan empat.

Tak perlu menelepon taksi dan berjibaku di halte-halte bis. Cukup memesan alat transportasi lewat aplikasi itu, lalu penyedia alat transportasi akan menjemput di pintu rumah dan mengantar ke tempat tujuan.

Demikian halnya saat ingin berbelanja. Tak perlu ke mal, cukup buka aplikasi dan memesan barang belanjaan. Meski demikian masih banyak yang melakukan cara lama. Namun, apapun itu, orang modern lebih suka dengan kemudahan layanan. Sehingga, layanan jasa berupa aplikasi pun bermunculan.

Sama halnya dengan layanan informasi. Era android memunculkan banyak pilihan, salah satunya media online hingga layanan informasi berbasis aplikasi yang sungguh mudah diperoleh dari android yang ada di genggaman.
Cukup klik, maka informasi apapun yang dibutuhkan akan bermunculan. Inilah yang dibutuhkan orang-orang modern. Jangan suguhi mereka dengan sesuatu yang menyulitkan apalagi menyebalkan.

Produk informasi model konvensional, seperti media cetak; koran, majalah, dan tabloid, tidak harus mati dengan kondisi ini. Layanan aplikasi berbasis internet tak akan menjadi momok menakutkan, namun bagaimana menyajikan layanan informasi dengan berbagai kemudahan.

Memang, banyak media cetak mulai menyuguhkan informasi tidak hanya versi cetak saja, tapi membuka layanan online yang memberikan kemudahan dalam mengaksesnya.
Tentu saja, bukan hanya dalam kemudahan mengakses tapi bagaimana menyajikan informasi yang mudah dibaca, layak, dan tidak membuat pusing ketika membacanya. 

Betapa berdosanya si pembuat naskah atau mungkin si pengelola koran, jika pembaca sudah membelinya lalu dibuat pusing pula membaca koran tersebut.

Kemudahan inilah yang kami maksud membawa kita ke era kekanak-kanakan, karena kita hanya ingin dimudahkan dan disuguhi hal-hal menarik pada media itu.

Tampilan koran dipaksa berbenah diri dengan desain yang menarik; banyak gambar, naskah yang tak perlu panjang, dan pola tulisan naskah yang mirip-mirip buku murid sekolah dasar. 

Bukan hal yang salah. Tetapi, tuntutan zaman yang memaksa masyarakat modern harus begitu. Masyarakat modern rata-rata manusia sibuk. Jika dilayani dengan hal-hal rumit, termasuk dengan bacaan berita yang rumit pula, maka mereka tidak akan membacanya. 
Bukan apa-apa, tapi karena di kantor dan di rumah, mereka akan berhadapan dengan berbagai hal yang akan menguras pikiran. 

Khusus berita media cetak, jangan layani pembaca dengan naskah berita yang penuh dengan “rimba kata-kata”.

Layani mereka dengan naskah berita yang pendek dan banyak gambar, bahkan petunjuk. Permainan grafis yang artistik, dan foto-foto yang menarik membuat mata siapapun akan enak menyimak dan memandangnya. Dengan ini pula mata mereka akan nyaman. Yah, sekali lagi demi kemudahan membacanya.

Sejatinya, karya jurnalistik dengan model seperti ini menjadi pilihan utama bagi mereka yang umumnya super sibuk.

Kondisi ini pula yang dimanfaatkan Harian Tribun Timur dan kelompok pers daerah binaan Kompas Grup lainnya di Indonesia. Sebuah strategi untuk menyiasati kelemahan koran yang sudah ada sebelumnya.

Salah satu kelemahan koran lama adalah terbiasa dengan naskah berita yang panjang, berbelit, suka dengan istilah asing, padat, dan tentunya memusingkan karena selalu menyajikan berita problematik. Soalnya, wartawan model lama juga akan merasa hebat jika naskahnya panjang dan penuh dengan istilah-istilah yang kadang hanya dia sendiri yang mengerti.

Karena merasa pernah merasakan metode penulisan modern saat masih menjadi bagian dari redaksi tribun timur, maka kami nencoba menerapkan di Harian Amanah, koran baru dengan konsep dakwah di setiap lembarannya.

Tribun Timur dan saudara-saudaranya di sejumlah kota di Indonesia cukup tanggap dengan kondisi kekinian para pembaca surat kabar, lalu menyiasatinya dengan layanan kemudahan membaca (easy reading), baik dari pemilihan judul dan naskah sederhana, grafis, pointer, hingga mainan foto yang jarang bahkan tak pernah dilakukan media-media terdahulu. Ide brilian tentunya.

Dengan siasat ini pula (tentu rumusnya ada) ternyata mampu menyedot perhatian publik. Buktinya, di mana pun tribun berada, korannya pasti laris manis. 

Karena itu, naluri kekanak-kanakan orang modern harus dilayani dengan kreatitas; layanan kemudahan dan membuat mereka tersenyum.

Batua, 19 September 2016






Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Cara Jitu Bisa Tingkatkan Pariwisata Toraja

Cantiknya Muslimah dengan Pakaian Pengantin Adat Toraja

Ruang Tamu Jadi Kolam Ikan