Benarkah Koran akan Segera "Mati"?
Banyak pernyataan yang menyebut media cetak segera "binasa" dalam waktu dekat, seiring dengan pesatnya digitalisasi media saat ini. Media online yang begitu mudah dibuat dan berkembang dianggap sebagai salah satu "pembunuh" media cetak.
Dalam beberapa obrolan ringan dengan beberapa kawan di warung-warung kopi, bahkan di kantor kami di Alharam Grup, tempat kami membangun sebuah koran baru bernuansa dakwah, kerap dengan mantap saya katakan tidak yakin dengan perkiraan banyak orang itu.
Keyakinan bahwa media cetak masih punya tempat menjadi pelecut semangat saya atas ajakan dua teman yang sejak awal kukuh untuk tetap menghadirkan sebuah media cetak, paling tidak dengan segmentasi berbeda.
Opsi kami sama, belum yakin atas pendapat banyak orang yang dengan buru-buru menyebut usia koran, sebutan media cetak harian, akan segera tenggelam di makan zaman.
Pernyataan makin pendeknya usia koran dan media cetak lainnya juga pernah mengemuka di saat radio-radio swasta bermunculan beberapa dekade silam. Tentu dengan alasan yang hampir sama. Harga kertas terus naik dan bahan baku utama yang dulu ada mulai lenyap.
Alasan saya juga sederhana bahwa banyak yang tak sadar jika bahan baku kertas pun bergeser di era kekinian, di mana limbah koran dan kertas-kertas bekas sejak lama pula menjadi bahan daur ulang para produsen kertas.
Koran bekas, demikian halnya kertas-kertas bekas di luar sana juga menjadi bisnis empuk yang masih menghasilkan uang. Pengepul koran bekas pun tumbuh.
Lalu, kebutuhan kertas pun juga meningkat. Kebutuhan kertas, sekalipun hanya untuk kebutuhan alat tulis menulis (ATK), justru membengkak seiring dengan tumbuhnya perkantoran.
Sederhananya pula, jika pembeli kertas masih ada, maka produksi kertas pun tidak akan berhenti hingga kapan pun.
Jika media online dianggap sebagai media potensial pembunuh koran, lalu kenapa banyak media online juga mati suri? Harus diakui pula bahwa memang bahwa koran juga tak sedikit yang rontok.
Banyaknya media online yang mati suri, tentu tak meyakinkan sebagai subyek pembinasa. Koran rontok jangan selalu menyalahkan harga kertas yang terus tumbuh. Ini soal sikap dalam berbisnis.
Apapun yang dilakukan, termasuk dalam bisnis media, sikap adalah segala-galanya. Dalam sebuah referensi bisnis, teknis berbisnis hanya meliputi lima persen, selebihnya 95 persen adakah sikap. Jika sikap hancur, maka bisnis itu akan lenyap.
Demikian halnya dalam membangun bisnis koran. Jika ingin membangunnya sebagai industri pencetak uang, maka tiga dimensi basis pencetak uang harus dipelihara, salah satunya adalah basis iklan.
Memelihara basis dan mengelola iklan dengan masif dalam industri media sebagai penghasil uang adalah bagian dari sikap.
Tidak dipungkiri banyak koran atau media cetak rontok. Tapi harus diakui bahwa media massa, termasuk media cetak, adalah salah satu industri kreatif.
Kreatif dalam menyajikan produk andal dan disukai banyak orang, kreatif dalam menghasilkan pundi-pundi iklan, dan tentunya kreatif dalam menyajikan berita. Kreatif, sekali lagi soal sikap.
Tidak dipungkiri banyak koran atau media cetak rontok. Tapi harus diakui bahwa media massa, termasuk media cetak, adalah salah satu industri kreatif.
Kreatif dalam menyajikan produk andal dan disukai banyak orang, kreatif dalam menghasilkan pundi-pundi iklan, dan tentunya kreatif dalam menyajikan berita. Kreatif, sekali lagi soal sikap.
Saya tak punya data valid bagaimana statistik produksi kertas dulu dan sekarang, namun harus diyakini sekali lagi bahwa sepanjang kertas itu laku, maka produksi tetap akan ada.
Industri tidak akan pernah mati di tengah pusaran uang. Pembeli ada, maka penjual pasti ada. Penjual bertumbuh, maka produsen pun siap meladeni.
Koran, ke depan ini masih sama manfaatnya sejak hadirnya zaman dulu. Koran tidak sekadar menjadi bahan bacaan yang masih layak dipercaya, namun koran juga belum hilang manfaat lain sebagai alat rumah tangga, jika tidak ingin disebut sebagai alat pembungkus.
Bahkan, koran dalam siklusnya tetap pula akan menjadi mesin uang meski sudah dianggap koran bekas sebagai bahan daur ulang bagi produsen kertas. Artinya, karena koran masih menghasilkan uang, maka dia layak ada setiap saat.#
Selamat Pagi
Batua, 13 September 2016
Komentar
Posting Komentar