Berburu Kobaran Api
sisi lain:
SELASA enam Januari dua ribu sembilan..tidak terasa sudah lima bulan lamanya saya bergelut sebagai jurnalis teve...setelah empat tahun lebih mencari pengalaman di salah satu media cetak...
Ingatan saya berpetualang ke lima bulan lalu...tiba-tiba sebuah kabar menghentak: Kebakaran di Pannampu. Mendengar informasi itu...motor bebek hitam-biru segera kupacu dan meliuk di tengah padatnya kendaraan yang berbaris di jalan raya. Sesekali..ngiikkk...rem depan yang masih pakem berbunyi.
Tidak jauh dari Pasar Pannampu...saya langsung mendekati asap hitam membubung tinggi tepat di belakang pasar itu. Si bebek kuparkir dan menyelinap di tengah lalu lalang warga. Kobaran api terus menyelimuti permukiman padat penduduk di RW 01, Kelurahan Pannampu, Kecamatan Tallo, Makassar.
Suara teriakan minta tolong dan tangis warga membahana di tengah hiruk pikuk warga yang berseliweran membantu menyelamatkan harta benda. Bunyi sirine mobil pemadam memekik dan berusaha menembus lautan manusia yang bejubel di jalan raya untuk menyaksikan peristiwa itu.
Segera saja kuangkat kamera dan merekam peristiwa itu. Yah..kali ini kameraku berhasil merekam peristiwa itu lengkap dengan kobaran api yang mulai "melemah" akibat guyuran air dari mobil pemadam.
Hanya dua jam...api berhasil padam. Puluhan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal, tentu saja mereka syok dan bingung hendak ke mana lagi untuk mengungsi. Api hanya menyisakan puing-puing rumah.
Peristiwa ini masih menyisakan duka mendalam bagi para korban. Memang tidak ada korban jiwa, tapi kata Pak Camat, kerugiannya mencapai Rp 800 juta, wuihh..
Beruntunglah bagi mereka yang masih punya keluarga untuk sekedar numpang tidur sementara waktu. Ada juga yang butuh belas kasih tetangga. Tapi, dengan pertimbangan perasaan yang tidak enak...belum tentu mereka menumpang dalam waktu yang lama.
Di musim hujan ini...kegelisahan semakin mengusik di dada mereka. Ingin membangun kembali, mereka tidak punya dana. Bahkan, bisa saja uang tunai mereka ikut ludes. Hendak membangun tenda darurat, hujan deras mulai mengguyur lagi. Yah..masih ada yang memaksakan diri bertahan di rumah keluarga dan tetangga.
SELASA enam Januari dua ribu sembilan..tidak terasa sudah lima bulan lamanya saya bergelut sebagai jurnalis teve...setelah empat tahun lebih mencari pengalaman di salah satu media cetak...
Ingatan saya berpetualang ke lima bulan lalu...tiba-tiba sebuah kabar menghentak: Kebakaran di Pannampu. Mendengar informasi itu...motor bebek hitam-biru segera kupacu dan meliuk di tengah padatnya kendaraan yang berbaris di jalan raya. Sesekali..ngiikkk...rem depan yang masih pakem berbunyi.
Tidak jauh dari Pasar Pannampu...saya langsung mendekati asap hitam membubung tinggi tepat di belakang pasar itu. Si bebek kuparkir dan menyelinap di tengah lalu lalang warga. Kobaran api terus menyelimuti permukiman padat penduduk di RW 01, Kelurahan Pannampu, Kecamatan Tallo, Makassar.
Suara teriakan minta tolong dan tangis warga membahana di tengah hiruk pikuk warga yang berseliweran membantu menyelamatkan harta benda. Bunyi sirine mobil pemadam memekik dan berusaha menembus lautan manusia yang bejubel di jalan raya untuk menyaksikan peristiwa itu.
Segera saja kuangkat kamera dan merekam peristiwa itu. Yah..kali ini kameraku berhasil merekam peristiwa itu lengkap dengan kobaran api yang mulai "melemah" akibat guyuran air dari mobil pemadam.
Hanya dua jam...api berhasil padam. Puluhan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal, tentu saja mereka syok dan bingung hendak ke mana lagi untuk mengungsi. Api hanya menyisakan puing-puing rumah.
Peristiwa ini masih menyisakan duka mendalam bagi para korban. Memang tidak ada korban jiwa, tapi kata Pak Camat, kerugiannya mencapai Rp 800 juta, wuihh..
Beruntunglah bagi mereka yang masih punya keluarga untuk sekedar numpang tidur sementara waktu. Ada juga yang butuh belas kasih tetangga. Tapi, dengan pertimbangan perasaan yang tidak enak...belum tentu mereka menumpang dalam waktu yang lama.
Di musim hujan ini...kegelisahan semakin mengusik di dada mereka. Ingin membangun kembali, mereka tidak punya dana. Bahkan, bisa saja uang tunai mereka ikut ludes. Hendak membangun tenda darurat, hujan deras mulai mengguyur lagi. Yah..masih ada yang memaksakan diri bertahan di rumah keluarga dan tetangga.
ANDA PEMBACA SETIA HARIAN KOMPAS………………!
BalasHapusKINI, DI AWAL TAHUN 2009 HARIAN KOMPAS KEMBALI MELUNCURKAN PROGRAM KHUSUS BAGI MAHASISWA-GURU, DENGAN HARGA LANGGANAN CUMA :
RP. 50.000/ BULAN
(FOTOCOPY KARTU MAHASISWA/SK MENGAJAR BAGI GURU)
BERMINAT,
HUBUNGI TRANSFORMASI AGENCY
E-Mail : pireman_03@yahoo.com. Http://Labacokuttu.blogspot.com
Hp : (085299484577)