Kopi Hitam Karebosi
SETIDAKNYA lima kali saya sempatkan kongkow di area "Kanrerong" Karebosi. Kawasan relokasi pedagang kaki lima yang kiosnya dibuat seragam. Warna oranye berukuran mungil. Kira-kira 2 x 2 meter persegi.
Deretannya rapi dengan suasana sejuk di bawah pohon rindang. Senyum ramah pedagang campuran siap menyergap ketika memasuki pekarangan di bibir Lapangan Karebosi ini.
Mereka juga menyediakan tempat kongkow. Ada meja kecil dan beberapa kursi. Warnanya sama dengan kios: oranye. Tersedia menu makanan. Juga minuman.
Tak ketinggalan kopi hitam yang dibuat tradisional. Kopi bubuk disiram air panas. Kopinya mirip di tempat rest area jalur trans Sulawesi. Tentu juga mirip bikinan ibu saya.
Bicara kopi, saya bukan ahli. Saya juga bukan penggila kopi, meski berasal dari Toraja: daerah penghasil kopi.
Saya hanya penikmat biasa yang tak mencarinya jika tidak disediakan. Itu pula yang membuat saya jarang muncul di warung kopi (warkop) atau kafe hanya sekadar mencari kopi. Jika mencari teman untuk silaturahmi itu benar.
Di warkop, kadang malahan hanya memesan teh atau minuman dingin. Sesekali pesan kopi saat kepingin saja. Tapi di warkop atau kafe, tentu racikan kopinya beda. Dididihkan bersama bijinya.
Pakai alat pula. Lebih modern dibanding kopi bubuk hitam yang disiram air panas saja. Takarannya tipis atau tebal. Tergantung peminat. Kadang dikasih pemanis berupa susu.
Suasana ngopi seadanya di kawasan "Kanrerong" ternyata asyik juga. Hanya kadang tak enak jika tak ada kawan.
Singgah di area alun-alun Makassar ini juga hanya kebetulan. Karena sedang menunggu urusan berkas selesai di Kantor Pengadilan Negeri Makassar, tepat di depan "Kanrerong"
Anda yang beraktivitas di Karebosi sempatkanlah singgah di kawasan "Kanrerong" ini. Tempatnya juga asyik, sejuk, meski sekadar mampir mencoba menu sederhana yang ada.
Kawasan ini disediakan Pemkot Makassar untuk relokasi pedagang dari berbagai kecamatan. Selain agar rapi, juga untuk perhatian terhadap para pelaku Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM).
Tak hanya kopi. Kios pedagang seperti bersaing menawarkan menu kuliner apa saja untuk isi perut. "Lu mau gua ada". Kira-kira begitu. Murah dan merakyat.
Keberadaan kawasan "Kanrerong" seperti mengevolusi kehidupan UMKM. Sekarang sangat rapi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan di sisi utara sudah disulap menjadi Karebosi Link hasil kerja sama dengan taipan pemilik Makassar Trade Center (MTC) tak jauh dari Pasar Sentral atau Makassar Mall.
***
Tempo doloe, Karebosi menjadi arena berkumpulnya kaum muda. Bahkan, jadi taman wisata satu-satunya sebelum Losari ramai. Atau jauh sebelum Tanjung Bayang muncul.
Juga menjadi area latihan tentara. Juga latihan berbaris anak muda di masa kekuasaan kompeni.
Era 1990-an Karebosi masih seperti alun-alun tradisional. Pagi hingga petang, pelaku UMKM bebas menentukan tempat berdagang. Tenda warna warni berjajar semaunya.
Dari pedagang obat, kembang gula, baroncong (penganan khas Bugis-Makassar dari terigu, gula, dan kelapa yang dibakar), hingga permainan catur berhadiah.
Di malam hari, Karebosi yang memuat tidak kurang 4 lapangan sepakbola ini kadang dihuni penjaja maksiat. Dari kalangan Aksi senyap. Order atau selesai di tempat sudah jadi pemandangan umum.
Rata-rata penjajanya dari kalangan gemulai bersuara laki. Baguslah karena kini sepertinya tak ada lagi. Bergeser entah ke mana. Itu dulu.
Karebosi kini disulap menjadi area yang sedap dipandang mata. Modernisasi sudah membalut bingkai lapangan. Termasuk keberadaan "Kanrerong" dan Karebosi Link yang berpadu dengan MTC lewat jalur bawah tanahnya. (*)
Komentar
Posting Komentar