Ngeri Juga Nih Supir Posisi Kiri di Saudi

ANDA yang terbiasa ke Tanah Suci Saudi Arabia, Umrah maupun Haji, pasti sudah tak canggung di kendaraan. Termasuk bus yang mengantarkan Anda.

Tapi, jika pertama kali, mungkin akan merasakan keanehan atau mungkin merasa ngeri dengan posisi duduk supir di sisi kiri. 

Terutama jika duduk di depan kanan, di posisi kursi cadangan, Anda seolah menempati posisi supir yang sebenarnya sesuai kebiasaan di Indonesia 

Jika duduk di belakang, mungkin tak akan terasa ada kelainan. Tapi, cobalah duduk di sebelah kanan supir seperti gambar di atas.

Saat kendaraan/bus melaju agak kencang, ngeri akan mulai terasa. Yah, mungkin tidak biasa saja.

Penulis saat pertama kali menjejakkan kaki di Tanah Haram ini, Maret 2016 silam, sengaja memilih duduk di kursi cadangan yang biasanya digunakan oleh pemandu atau di Indonesia umumnya digunakan oleh kenek.

Kebetulan memang sedang mendampingi seratusan jamaah yang termuat dalam beberapa bus. Di bus itu, sebagai pendamping, saya bebas memilih tempat duduk.

Selain lebih mudah memantau jamaah, di kursi itu lebih mudah berkomunikasi dengan ustad pendamping atau Mutawif. Juga dengan sang supir.

Sore sekira pukul 16.00 waktu Saudi, begitu tiba di Jeddah dalam penerbangan dari Makassar-Medan-Jeddah kala itu, setidaknya ada 8 bus menunggu kami untuk memuat 180 jamaah dampingan.

Saya di bus terakhir. Bus 8. Supirnya asal Pakistan. Lupa namanya. Begitu naik, saya nyengir saja melihat posisi supir di kiri itu.

Setelah mengabsen jamaah satu persatu, saya memilih duduk di sebelah kanan. Meski di belakang masih tersisa kursi kosong.

Begitu keluar dari area Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dan melaju di jalur trans Jeddah-Madinah, rasa ngeri pun muncul. Terutama jika bus menyalip. 

Ngeri ah. Bus kadang melaju cepat hingga 100 km. Satu persatu kendaraan disalip. Bagi saya yang pertama kali datang, ada juga rasa 'geli' melihat kondisi itu.

Sang supir sesekali menoleh ke saya. Pasti dia tahu saya pertama kali datang ke negeri itu. Dia kadang tersenyum melihat saya yang merasa ngeri saat sedang menyalip.

Saya lalu bergeser ke kursi belakang. Bagian tengah. Agar saya dapat beristirahat. 

Di posisi tengah, rasa ngeri itu mulai hilang. Selain karena tak lagi menatap ke arah depan karena terlindung penumpang, saya juga lebih memilih bermain game sambil mendengar risalah ibadah dari ustad melalui pengeras suara di bus itu.

Jarak tempuh Jeddah-Madinah sekira 480 km dengan waktu tempuh 5-6 jam. Setidaknya sempat singgah salat Magrib di sebuah masjid.

Perjalanan Jeddah-Madinah ini nyaris tak mengalami guncangan berarti. Kita tahulah, jalan di Saudi itu menurutku super mulus. 

Demikian halnya saat perjalanan Madinah-Makkah yang berlanjut setelah menginap 3 hari di Madinah. Di Hotel Andalus. Tidak jauh dari pintu 15 Masjid Nabawi.

Aspal mulus tak terasa ada guncangan. Tidur bisa nyenyak dengan perjalanan sekira 4-5 jam dengan menempuh jarak 450 km.

Masih dengan bus yang sama dan supir yang sama. Saya masih sempat mencoba duduk di kursi cadangan tadi. Di sebelah kanan itu. Tapi, keanehan tak terasa lagi. Sudah biasa. 

Hanya saja, sesekali seolah bergidik saat bagian kanan bus nyaris bersentuhan dengan kendaraan atau bus lain di bagian kanan yang disalip sang supir.

Di perjalanan Madinah-Makkah ini, bus akan berhenti di beberapa rest area. Untuk makan atau sekadar meluruskan badan. Termasuk singgah mengambil miqat (berihram) sebelum memasuki Makkah.(*)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Cara Jitu Bisa Tingkatkan Pariwisata Toraja

Cantiknya Muslimah dengan Pakaian Pengantin Adat Toraja

Ruang Tamu Jadi Kolam Ikan